Basa Basi Ga Harus Bikin Sakit Hati
Basa-basi /ba·sa-ba·si/
(noun)
1 adat sopan santun; tata krama pergaulan: hal itu dilakukan hanyalah sebagai -- dalam pergaulan ini; 2 ungkapan yang digunakan hanya untuk sopan santun dan tidak untuk menyampaikan informasi, misalnya kalimat “apa kabar?” yang diucapkan apabila kita bertemu dengan kawan; 3 perihal menggunakan ungkapan semacam itu;
Berbasa-basi /ber·ba·sa-ba·si/
(verb)
1 berlaku dengan sopan; 2 menggunakan basa-basi: pembicaraan itu dimulai tanpa - lebih dahulu
(Source: kbbi)
Menurut Gustaaf Kusno, basa-basi sangat diperlukan sebagai perekat sosial masyarakat dan bentuknya berbeda-beda di tiap negara. Nah, di Indonesia yang terkenal ramah-ramah orangnya, basa-basi kayaknya udah menjadi budaya ya. Biasanya kita berbasa-basi untuk memulai obrolan dengan orang asing atau menghilangkan kecanggungan dengan teman lama. Sayangnya, kayaknya makin kesini, kalau aku perhatiin, pertanyaan-pertanyaan basa-basi malah jadi pertanyaan interogasi ke lawan bicara. Kan jadi kurang sopan dan bisa jadi malah membuat lawan bicara sakit hati. Jadi nggak sesuai dengan pengertian basa-basi menurut kbbi lagi, nih.
Gausah dikasih contoh mungkin kalian udah pernah denger, kan? Lalu gimana sih basa-basi yang baik? Yang pasti sih yang nggak mengandung maksud atau tujuan tertentu dan juga nggak merendahkan, mengecilkan, atau membandingkan lawan bicara dengan diri sendiri atau orang lain. If you’re not genuinely curious about something, just don’t ask. Selain itu, harus bisa membaca situasi. Terkadang , ada orang yang nggak suka dengan pertanyaan yang kita ajukan walaupun hanya basa-basi, entah nggak nyaman atau emang nggak merasa perlu menjawabnya. Dan itu hak mereka, mungkin karena perkembangan zaman, masyarakat Indonesia jadi semakin individual, tetapi mengingat kejahatan sekarang bermacam-macam bentuknya, maklum juga kalau banyak orang jadi berhati-hati membagikan informasi.
Salah satu topik basa-basi yang sebaiknya nggak dibahas adalah soal penampilan fisik. Terutama yang nggak jelas maksud dan tujuannya. Terlalu banyak contohnya hehe.
“Kok sekarang gendutan”
“Kurus banget sih kayak kurang gizi”
“Ih jerawatnya kok tambah banyak sih?”
“Bedaknya ketebelan tuh”
“Fashionista ya sekarang, bajunya heboh amat”
Tujuannya apa? Jawaban apa yang sebenernya diharapkan dari ucapan-ucapan kayak gitu? Meskipun hal-hal yang disampaikan itu benar, tapi bukannya malah membuat lawan bicara sakit hati? Just keep it to yourself. Karena nggak kita omongkan pun, kemungkinan besar dia juga udah tau. Dan nggak menutup kemungkinan kalau itu adalah insecurity nya. Jadi, nggak perlu deh kita point out.
(Source : Pinterest)
Kebetulan, beberapa hari yang lalu gambar ini muncul di timeline Twitterku, dan jadi pengen berbagi ke temen-temen semua. Jujur aja, kadang kalo lagi canggung banget jadi bingung harus ngomong apa. Dan sadar nggak sadar kita melontarkan apapun yang ada di pikiran kita, salah satunya ngomentarin fisiknya yang jelas kelihatan. Ngomentarin fisik boleh-boleh aja, tapi harus disaring dulu. Tips di gambar bisa banget dijadikan saringan. Kalau sekiranya apa yang mau kita komentarin itu nggak bisa diubah dalam 10 detik, mendingan nggak usah komentar. Gendut, kurus, jerawat, dan kawan-kawannya nggak bisa diubah dalam sehari, apalagi 10 detik. Jadi sebaiknya hindari komentar-komentar kayak gitu. Karena yang ada cuma bikin dia malu atau sakit hati. Nggak mengubah apa-apa. Kalau misal kamu lihat ada cabe nyangkut di gigi lawan bicara, jilbabnya miring dikit, atau tali sepatunya lepas, boleh lah dikomentarin, asal sopan dan nggak di depan banyak orang.
Basa-basi memang perlu, tapi ingat harus tetap menjaga etika dan sopan santun. Jangan membuat lawan bicara merasa tersinggung atau malah sakit hati. Dan itu bisa banget kok! Semoga tulisan ini membantu ya. Think only good thoughts, say only nice things, and do only good things. Keep inspiring! ♥
Tidak ada komentar: